Bogor,9 Juni 2020
- Aparat gabungan meningkatkan antisipasi membludaknya antrian penumpang kereta
listrik di Stasiun Bogor di hari kedua dibukanya kembali kegiatan bisnis dan perkantoran
di Jakarta pada 9 Juni 2020. Hal ini dilakukan karena adanya antrian yang
sangat panjang dari ribuan calon penumpang Commuterline yang akan menuju
perkantoran di Jakarta.
Seperti
diketahui, hari Senin, 8 Juni 2020, adalah hari pertama untuk kembali bekerja
bagi karyawan yang sempat dirumahkan selama kurang lebih dua bulan. Mayoritas
karyawan yang bekerja di perkantoran DKI Jakarta adalah warga di sekitar
ibukota, termasuk kota Bogor.
Jumlah aparat
gabungan ditambah di hari kedua ini, karena aparat sempat kewalahan dengan
antrian yang tidak tertib di hari pertama. Panjang antrean mencapai bagian
selasar di stasiun itu. Aparat gabungan sempat memberi peringatan keras
terhadap para calon penumpang yang tidak tertib dalam antrean.
Banyak Karyawan Terlambat Kerja
Menurut pantauan
di lapangan, ratusan karyawan mengeluh karena mereka terlambat masuk kantor.
Beberapa dari mereka menyatakan kekesalan karena sistem antrian yang tidak
tertib. Ketidaktertiban calon penumpang memang menghambat kelancaran proses
antrian.
Terkait dengan
hal ini,Aca Mulyana sebagai direktur Angkutan Pengelola Transportasi
Jabodetabek telah melakukan tindakan antisipasi untuk lonjakan jumlah penumpang
di Stasiun Bogor. Ia sendiri mengaku sempat terkejut dengan adanya antrean sepanjang
itu, meskipun pihaknya sudah mengantisipasi dengan menurunkan aparat gabungan
dengan jumlah memadai.
Aca mengatakan
bahwa pihaknya akan melakukan antisipasi di hari kedua dan hari-hari
berikutnya. Antisipasi tersebut dengan cara memberlakukan regulasi naik turun
penumpang.
Regulasi ini
membuahkan hasil. Menurut Kolonel Infanteri Teguh Cahyadi sebagai Dandim
0606/Kota Bogor, lonjakan penumpang commuter line di Stasiun Bogor memang masih
terjadi. Namun, mereka terpantau tertib dan melakukan antrean sesuai protokol
kesehatan.
Aturan physical
distancing di stasiun Bogor memang diberlakukan sejak 8 Juni 2020 kemarin.
Meski sempat terjadi kerumunan, namun aparat gabungan segera dapat melakukan
penertiban.
Lain di Luar, Lain Di Dalam
Jika para
penumpang di luar KRL bisa tertib mengikuti aturan physical distancing, maka
lain halnya saat mereka berada di dalam. Padahal, peraturan di dalam KRL justru
sangat ketat. Penumpang dilarang berbicara dengan kanan kiri atau menggunakan
ponsel. Pencegahan ini dilakukan karena penularan virus corona adalah melalui
droplet dari air liur.
Padahal, himbauan
dari mesin pengeras suara cukup jelas, dimana penumpang tidak diperbolehkan
berbicara sama sekali. Kenyataannya, banyak penumpang yang sudah saling kenal
berbicara asyik dalam jangka waktu lama, tanpa memerhatikan kenyamanan
penumpang di sekitarnya.
Aturan tersebut
adalah salah satu aturan yang ditetapkan oleh PT Kereta Commuter Indonesia,
selain beberapa aturan lainnya. Peraturan yang ditetapkan tekait dengan pemberlakuan
skenario tatanan hidup baru selama operasional dari KRL Jabodetabek.
Selain peraturan
tidak boleh berbicara, PT KCI akan memberlakukan pemeriksaan kepada penumpang
yang naik, yakni pemeriksaan suhu tubuh, serta memastikan semua penumpang
mengenakan masker. Khusus di dalam KRL,
aturan bagi penumpang diberlakukan dengan penerapan menjaga jarak duduk.
Aturan ini
dipertegas oleh Anne Purba, Vice President Corporate Communications dari PT
KCI. Seperti yang dilansir dari siaran
persnya, penerapan ini mutlak dipatuhi oleh semua penumpang KRL. Peraturan ini
demi mencegah tersebarnya virus corona di dalam KRL.
Hanya saja,
pemberlakuannya masih perlu kesadaran dari penumpang sendiri, karena aparat
gabungan tentu tidak dapat melakukan pengawasan langsung. Rencananya, akan ada
petugas yang akan memberi tindakan tegas untuk pelanggaran protokol kesehatan
di dalam KRL.
Editor: Rahmi
0 Komentar