Sepekan jelang Ramadhan 1440 Hijriah tahun 2019, harga sejumlah bahan-bahan pokok masih stabil atau belum mengalami kenaikan yang signifikan. Berdasarkan hasil Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) dengan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia yang ditindaklanjuti dengan Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) Jawa Barat, dipastikan ketersediaan harga kebutuhan pokok dan pasokannya aman hingga jelang Idul Fitri 2019.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Bogor Ganjar Gunawan mengungkapkan, ketersediaan dan pasokan menjelang Ramadhan masih terkendali, meski ada sejumlah kebutuhan pokok yang naik namun dalam tahap wajar.
“Untuk ketersediaan dan pasokan jelang ramadhan hingga nanti jelang Idul Fitri Insya Allah aman, khususnya beras. Secara keseluruhan kenaikan harga bahan pokok di Kota Bogor masih dalam tahap normal,” ungkap Ganjar, Selasa (30/4/2019).
Dilansir dari situs PD Pasar Pakuan Jaya, Selasa (30/4/2019), harga kebutuhan pokok di Pasar Bogor cenderung stabil. Seperti gula pasir curah Rp 12.000 per kg, beras Cianjur Slip Rp 8.500 per kg, beras IR64 Medium Rp 10.300 per kg, minyak goreng curah Rp 10.000 per kg, daging sapi Rp 120.000 per kg, daging ayam broiler Rp 36.000 per kg, telur ayam broiler Rp 24.000 per kg.
Untuk cabai merah keriting Rp 30.000 per kg, cabai hijau Rp 20.000 per kg, cabai rawit Rp 18.000 per kg, bawang merah Rp 40.000 per kg, bawang putih Rp 45.000 per kg, terigu Segitiga Rp 8.000 per kg, kacang hijau Rp 20.000 per kg, tempe Rp 10.000 per potong
tahu Rp 5.000 per bungkus.
“Cenderung stabil untuk harga. Ada yang naik tapi kenaikan harganya masih normal. Kenaikan signifikan terjadi hanya pada komoditi tertentu, seperti bawang merah dan bawang putih,” kata Ganjar yang didampingi Kepala Seksi Bahan Pokok dan Barang Penting, Bidang Sarana Komoditi Perdagangan, Dadin.
Ia menambahkan, berdasarkan penelusuran dan pengecekan Disperindag Kota Bogor ke pasar TU Kota Bogor sebulan jelang ramadhan, kenaikan harga bawang merah disebabkan adanya penyusutan panen akibat cuaca, yang awalnya menghasilkan 15 ton sekali panen turun menjadi 5 ton.
Untuk bawang putih, gejolaknya terjadi tidak hanya di Kota Bogor tapi seluruh Indonesia. Kebijakan pemerintah pusat belum mengizinkan impor bawang putih, juga menjadi salah satu penyebabnya.
“Pengawasan ketersediaan dan pasokan tidak hanya pada bahan sembako, tetapi juga pada ketersediaan gas 3 kg yang menjadi perhatian kami. Adapun langkah yang diambil berupa penambahan kuota bagi Kota Bogor kepada Pertamina Regional 3,” jelasnya.
Pada Ramadhan 1440 H tahun 2019, untuk Operasi Pasar Murah (OPM) Kota Bogor akan mendapat dana subsidi dalam bentuk 7.000 pekat bagi rumah tangga sangat miskin. Pada tahun sebelumnya Kota Bogor mendapat bagian 10.000 paket. Selain itu, pengawasan akan dilakukan saat Ramadhan, mulai dari komoditi, harga hingga mutu dan kualitasnya. Pengawasan serupa juga bagi peredaran dan penjualan minuman beralkohol. (Humpro: rabas/pri).
Sumber : kotabogor.go.id
0 Komentar