Wali Kota Bogor Bima Arya yang juga Ketua Majelis Pembimbing Cabang (Kamabicab) Gerakan Pramuka Kota Bogor mengajak semua untuk meletakkan gerakan pramuka sebagai wadah kreativitas bagi generasi milenial dan tidak hanya terjebak kegiatan formalitas saja.
Hal ini dikatakannya saat menjadi pembicara Orientasi Kepramukaan Kwartir Cabang (Kwarcab) Gerakan Pramuka Kota Bogor tahun 2018 yang diperuntukkan bagi Ketua Majelis Pembina Gugus se-Kota Bogor di gedung Harmony Jasmine, jalan KH. Abdullah bin Nuh, Kota Bogor, Kamis (01/02/2018). “Jadi di pramuka ini jangan hanya terjebak kegiatan yang rutinitas dan formal saja, tetapi harus ada terobosan-terobosan kreatif,” katanya.
Menurut Bima pramuka ini kekuatan utamanya adalah membangun karakter, tetapi setiap generasi mempunyai generasi berbeda-beda. Ada generasi baby boomers (lahir pada tahun 60-an), generasi kemerdekaan, generasi zaman revolusi dan generasi milenial (lahir pada tahun 80-an). “Saat ini jika gagal memahami generasi milenial maka akan gagal untuk membangun gerakan pramuka,” tuturnya.
Dia menyebutkan jumlah generasi milenial saat ini di indonesia ada 88 Juta dari 255 Juta penduduk di Indonesia. Untuk itu, ia mengajak Pramuka untuk membaca karakter generasi milenial. Pertama, generasi milenial adalah orang-orang yang tidak terpisahkan dari gadget.
“Generasi milenial kalau bangun tidur mengecek whatsapp, update instagram, menulis status di facebook dan menonton tv di gawainya. Generasi melenial tidak lepas dengan gawai,” sebutnya.
Kedua, generasi milenial adalah orang-orang yang tidak percaya mekanisme satu arah. Generasi milenial adalah anak-anak yang tidak percaya iklan. Kenapa, karena iklan satu arah. Terus apa yang mereka percaya, mereka percaya interaksi langsung.“Makanya trend iklan sekarang itu bukan satu arah. Namun trendnya testimoni, diluncurkan sebuah produk, diboomingkan, diviralkan di sosial media muncul testimoni-testimoni, komentar-komentar tentang produk itu dan itulah yang didengar oleh generasi milenial,” paparnya.
Ketiga ciri khas lainnya generasi milenial adalah interaktif dan sangat kritis. Tidak percaya satu arah, sehingga pendekatan generasi milenial tidak bisa satu arah dan harus interaktif. Keempat, generasi milenial adalah orang-orang yang tidak percaya hierarki, mereka egaliter, posesif. Mereka tidak suka kerumunan banyak. Mereka lebih suka dalam satu, dua, atau tiga bersahabat dengan orang-orang yang terdekat saja, tidak suka kegiatan massal. “Itulah generasi milenial,” ujarnya.
Ia menilai semua inilah tantangan bagi generasi pramuka. Berdasarkan penelitian di Kota Bogor dari satu juta penduduk 60 persen adalah pengguna sosial media, hanya kurang dari 20 persen yang membaca koran. “Dari 60 persen data tadi mengakses facebook, whatsapp, dan instagram. Kalau misalkan data itu saya sampaikan ke generasi milenial pasti 100 persen mereka semua. Maka dari itu saya mengajak kepada semua kalau kita bicara gerakan pramuka harus kreatif dan inovatif,” paparnya.
Dia meminta buatlah kegiatan-kegiatan yang kreatif dan kolaborasikan dengan dasa dharma pramuka, kerahkan sebagai inspirator gerakan-gerakan pramuka di kota Bogor. “Gerakan pramuka harus menjadi yang terdepan, yaitu sesuai dasa dharma pramuka, suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan,” pungkasnya.
(Tria/Hari/Lutfi-Ilham-Adrian-SZ/ KotaBogor.go.id)
0 Komentar